A. Air Mengandung Asam
Pengolahan air asam harus
dilakukan sebelum air tersebut dibuang ke badan air, sehingga nantinya tidak
mencemari perairan di sekitar lokasi tambang. Pengolahan air asam dapat
dilakukan dengan cara penetralan(netralisasi). Netralisasi air limbah yang
bersifat asam dapat menambahkan Ca(OH)2 ,noda kaustik NaOH, atau soda abu Na2CO3. Kapur
padam Ca(OH)2 biasanya tersedia lebih murah dibandingkan senyawa basa lain
atau bahkan soda abu Na2CO3, sehingga menjadi bahan yang paling sering
digunakan untuk netralisasi limbah cair asam. Bahan yang sering digunakan dalam
proses pengolahan limbah cair yang bersifat asam adalah NaOH, Ammoni, Na2CO3, CaCO3, dan Ca(OH)2
Contoh Reaksi
netralisasi limbah yang bersifat asam (mengandung H2SO4)
Reaksi :
H2SO4 + Ca(OH)2 → CaSO4 + 2 H2O
Sebelum
proses penetralan dilakukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a.
Kondisi lahan bekas penambangan.
Lokasi bekas penambangan batubara berbentuk
cekungan setelah kegiatan penambangan selesai. Ciri – ciri lokasi bekas
penambangan ini adalah sebagai berikut:
1.
Mineral sulfida ( pirit ) terkandung pada batuan penutup ( over
burden), lapisan atas batubara dan setelah kegiatan penambangan selesai
lapisan batubara disisakan ± 10 cm ( floor batubara ) pada
dasar cekungan untuk mendapatkan batubara bersih.
2. Air
permukaan terutama berasal dari air hujan dan air dari sekitar lokasi
penambangan yang masuk kedalam cekungan sehingga cekungan berbentuk kolam yang
besar.
3. Curah
hujan yang tinggi akan menyebabkan air yang masuk kedalam cekungan cukup besar
sehingga volume air pada cekungan juga meningkat.
4.
Material penutup (over burden ) pada lapisan batubara di daerah
penambangan adalah jenis mudstone, batupasir, dan batu lempung.
b.
Proses terbentuknya air asam tambang pada daerah
bekas penambangan. Terbentuknya air asam tambang karena adanya
reaksi kimia antara tiga komponen utama pembentuk air asam tambang, yaitu :
lapisan roof / floorbatubara serta batuan penutup
( over burden ) yang mengandung mineral sulfida, air, dan
oksigen.
Penetralan air asam dapat menggunakan bahan kimia
diantaranya seperti Limestone (Calcium Carbonat), Hydrate Lime (Calcium
Hydroxide), Caustic Soda (Sodium Hydroxide), Soda Ash Briquettes (Sodium
Carbonate), Anhydrous Ammoni.
·
Limestone (Calcium Carbonat)
Limestone atau biasa
dikenal dengan batu gamping telah digunakan selama berpuluh-puluh tahun untuk
menaikkan pH dan mengendapkan logam di dalam air asam. Penggunaan limestone
merupakan penanganan yang termurah, teraman dan termudah dari semua bahan-bahan
kimia. Kekurangan dari limestone ini ialah mempunyai keterbatasan karena
kelarutan yang rendah dan limestone terlapisi.
·
Hydrate Lime (Calcium Hydroxide)
Hydrated lime adalah
suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk menetralkan air asam.
Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam yang sangat besar dan
keadaan acidity yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah hydrophobic, begitu
lama pencampuran diperlukan untuk membuat hydrated lime dapat larut dalam air.
Hydrated lime mempunyai batasan keefektifan dalam beberapa tempat dimana suatu
pH yang sangat tinggi diperlukan untuk mengubah logam seperti mangan.
·
Caustic Soda (Sodium Hydroxide)
Caustic Soda
merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan sering dicoba lebih jauh (tidak
mempunyai sifat kelistrikan), kondisi aliran yang rendah. Caustic menaikkan pH
air dengan sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana kandungan
mangan merupakan suatu masalah. Penggunaannya sangat sederhana, yaitu dengan
cara meneteskan cairan caustic ke dalam air asam, karena kelarutannya akan
menyebar di dalam air. Kekurangan utama dari penggunaan cairan caustic untuk
penanganan air asam ialah biaya yang tinggi dan bahaya dalam penanganannya.
Penggunaan caustic padat lebih murah dan lebih mudah dari pada caustic cair.
·
Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)
Sodium Carbonate
biasanya digunakan dalam debit kecil dengan kandungan besi yang rendah.
Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam biasanya berdasar pemakaian sebuah
kotak atau tong dengan air masuk dan buangan.
·
Anhydrous Ammoni
Anhydrous Ammonia
digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan acidity dan untuk mengendapkan
logam-logam di dalam air asam. Ammonia diinjeksikan ke dalam kolam atau kedalam
inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan dapat
menaikkan pH.Ammonia memerlukan asam (H+) dan juga membentuk ion hydroxyl (OH-)
yang dapat bereaksi dengan logam-logam membentuk endapan. Injeksi ammonia
sebaiknya dekat dengan dasar kolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan
dari pada air dan naik kepermukaan. Ammonia efektif untuk membersihkan mangan
yang terjadi pada pH 9,5.
Bahan yang sering digunakan dalam proses pengolahan
limbah cair yang bersifat asam adalah NaOH, Amomonia. Na2CO3, CaCO3, dan Ca(OH)2
B.
Air Mengandung Basa
Banyak bahan asam
kuat yang efektif digunakan untuk menetralkan air limbah yang bersifat basa, seperti menambahkan dapat menambahkan H2SO4, HCl,
HNO3, H3PO4, atau CO2 yang
bersumber dari flue gas. Asap gas yang terdri dari 14 % CO2
dapat digunakan untuk netralisasi dengan melewatkan gelembung-gelembung gas
melalui air limbah CO2 ini terbentuk dari carbonik acid yang mana
dapat bereaksi dengan basa. Reaksi ini lambat tapi cukup untuk
mendapatkan pH antara 7 hingga 8. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan
menggunakan spray tower.
Adapun beberapa sistem yang digunakan untuk bangunan netralisasi ini adalah
:Sistem Batch, yang digunakan untuk aliran air limbah hingga 380 m3/hari
-Sistem continouse,
dengan pH control dimana dibutuhkan
udara untuk pengadukan dengan minimum aliran air 1-3 ft3/mm, ft2
atau 0,3-0,9 m3/mm, m2 pada kedalaman 9 ft (2,7 m).
-Sistem pengadukan
mekanis, dimana daya yang digunakan 0,2-0,4 hp/thausand gal ( 0,04 - 0,08 kW/m3
)
Netralisasi limbah cair yg bersifat basa
dinetralkan dengan asam mineral kuat seperti H2SO4, HCI, atau dengan CO2.
Biasanya jika sumber CO2 tidak tersedia, netralisasi dilakukan dengan H2SO4,.
Karena harga H2SO4 yang lebih murah dibandingkan HCI. Reaksi dengan asam
mineral berlangsung cepat, sehingga perlu digunakan tangki berpengaduk yang
dilengkapi sensor pH untuk mengendalikan laju pemasukan asam.
Bahan yang sering digunakan dalam proses pengolahan limbah cair yang
bersifat basa adalah ialah H2SO4, HCI, SO2, HNO3, danH3O4
Contoh Reaksi netralisasi limbah yang bersifat basa (mengandung
NaOH)
Reaksi :
HCl + NaOH → NaCl +H2O
C.
Air Mengandung Besi dan Mangan
Baik besi maupun mangan, dalam air
biasanya terlarut dalam bentuk senyawa atau garam bikarbonat, garam sulfat,
hidroksida dan juga dalam bentuk kolloid atau dalam keadaan bergabung dengan
senyawa organik. Oleh karena itu cara pengolahannyapun harus disesuaikan dengan
bentuk senyawa besi dan mangan dalam air yang akan diolah. Ada beberapa cara
untuk menghilangkan zat besi dan mangan dalam air salah satu diantarannya yakni
dengan cara oksidasi, dengan cara koagulasi, cara elektrolitik, cara pertukaran
ion, cara filtrasi kontak, proses soda lime, pengolahan dengan bakteri besi dan
cara lainnya.
Proses
penghilangan besi dan mangan dengan cara oksidasi dapat dilakukan dengan tiga
macam cara yakni oksidasi dengan udara atau aerasi, oksidasi dengan khlorine
(khlorinasi) dan oksidasi dengan kalium permanganat. Selain dengan cara
oksidasi, penghilangan senyawa besi dan mangan dalam air yang umum digunakan
khususnya untuk skala rumah tangga yakni dengan mengalirkan ke suatu filter
dengan media mangan zeolit.
2.1. Menghilangkan Besi dan Mangan Dengan Cara
Oksidasi.
Proses penghilangan besi dan mangan dengan cara oksidasi dapat dilakukan dengan
tiga macam cara yaitu :
2.1.1. Oksidasi dengan Udara (Aerasi)
Adanya kandungan alkalinity, (HCO3)- yang cukup
besar dalam air, akan menyebabkan senyawa besi atau mangan berada dalam bentuk
senyawa ferro bikarbonat, Fe(HCO3)2 atau mangano
bikarbonat, Mn(HCO3)2. Oleh karena bentuk CO2 bebas
lebih stabil daripada (HCO3)-, maka senyawa bikarbonat
cenderung berubah menjadi senyawa karbonat.
Fe(HCO3)2 ===> FeCO3 + CO2 +
H2O
Mn(HCO3)2 ===> MnCO3 + CO2 +
H2O
Dari reakasi tersebut dapat dilihat, jika CO2 berkurang, maka kesetimbangan
reaksi akan bergeser ke kanan dan selanjutnya reaksi akan menjadi sebagai
berikut :
FeCO3 + CO2 ===> Fe(OH)2 +
CO2
MnCO3 + CO2 ===> Mn(OH)2 +
CO2
Baik hidroksida besi (II) maupun hidroksida mangan (II) masih mempunyai
kelarutan yang cukup besar, sehingga jika terus dilakukan oksidasi dengan udara
atau aerasi akan terjadi reaksi (ion) sebagai berikut:
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ===> 4
Fe(OH)3 + 8 H+
2 Mn2+ + O2 + 2 H2O ===> 2 MnO2 +
4 H+
Sesuai dengan reaksi tersebut, maka untuk mengoksidasi setiap 1 mg/l zat besi
dibutuhkan 0,14 mg/l oksigen dan setiap 1 mg/l mangan dibutuhkan 0,29 mg/l.
Pada pH rendah, kecepatan reaksi oksidasi besi dengan oksigen (udara) relatif
lambat, sehingga pada prakteknya untuk mempercepat reaksi dilakukan dengan cara
menaikkan pH air yang akan diolah.
2.1.2. Oksidasi dengan Khlorine (Khlorinasi)
Khlorine, Cl2 dan ion hipokhlorit, (OCl)- adalah merupakan bahan
oksidator yang kuat sehingga meskipun pada kondisi pH rendah dan oksigen
terlarut sedikit, dapat mengoksidasi dengan cepat. Reaksi oksidasi antara besi
dan mangan dengan khlorine adalah sebagai berikut:
2 Fe2+ + Cl2 + 6 H2O ==> 2 Fe(OH)3 +
2 Cl- + 6 H+
Mn2+ + Cl2 + 2 H2O ==> MnO2 +
2 Cl- + 4 H+
Berdasarkan reaksi tersebut di atas, maka untuk mengoksidasi setiap 1 mg/l zat
besi dibutuhkan 0,64 mg/l khlorine dan setiap 1 mg/l mangan dibutuhkan 1,29
mg/l khlorine. Tetapi pada prakteknya, pemakaian khlorine ini lebih besar dari
kebutuhan teoritis karena adanya reaksi-reaksi samping yang mengikutinya.
Disamping itu apabila kandungan besi dalam air baku jumlahnya besar, maka
jumlah khlorine yang diperlukan dan endapan yang terjadi juga besar sehingga
beban flokulator, bak pengendap dan filter menjadi besar pula.
Berdasarkan sifatnya, pada tekanan atmosfir khlorine adalah berupa gas. Oleh
karena itu, untuk mengefisienkannya, khlorine disimpan dalam bentuk cair dalam
suatu tabung silinder bertekanan 5 sampai 10 atmosfir. Untuk melakukan
khlorinasi, khlorine dilarutkan dalam air kemudian dimasukkan ke dalam air yang
jumlahnya diatur melalui orifice flowmeter atau dosimeter yang disebut
khlorinator. Pemakaian kaporit atau kalsium hipokhlorit untuk mengoksidasi atau
menghilangkan besi dan mangan relatif sangat mudah karena kaporit berupa serbuk
atau tablet yang mudah larut dalam air.
2.1.3. Oksidasi dengan kalium permangganat
Untuk menghilangkan besi dan mangan dalam air, dapat pula dilakukan dengan
mengoksidasinya dengan memakai oksidator kalium permanganat dengan persamaan
reaksi sebagai berikut :
3 Fe2+ + KMnO4 + 7 H2O ==> 3
Fe(OH)3 + MnO2 + K+ + 5 H+
3 Mn2+ + 2 KMnO4 + 2 H2O ==> 5
MnO2 + 2 K+ + 4 H+
Secara stokhiometri, untuk mengoksidasi 1 mg/l besi diperlukan 0,94 mg/l kalium
permanganat dan untuk 1 mg/l mangan diperlukan 1,92 mg/l kalium permanganat.
Dalam prakteknya, kebutuhan kalium permanganat ternyata lebih sedikit dari
kebutuhan yang dihitung berdasarkan stokhiometri. Hal ini disebabkan karena
terbentuknya mangan dioksida yang berlebihan yang dapat berfungsi sebagai
oksidator dan reaksi berlanjut sebagai berikut :
2 Fe2+ + 2 MnO2 + 5 H2O ==> 2 Fe(OH)3 +
Mn2O3 + 4 H+
3 Mn2+ + MnO2 + 4 H2O ==> 2 Mn2O3 +
8 H+
2.2. Menghilangkan Besi dan Mangan dengan Cara
Koagulasi
Proses menghilangkan besi dan mangan dengan koagulasi dapat dilakukan dengan
dua macam cara yaitu :
2.2.1. Proses Koagulasi dengan Penambahan Bahan
Koagulan.
Sebagaimana diketahui pada bab-bab terdahulu bahwa zat besi dan mangan banyak
terdapat dalam air tanah dan pada umumnya berada dalam bentuk senyawa valensi 2
atau dalam bentuk ion Fe2+ dan Mn2+Lain halnya jika besi dan mangan
tersebut berada dalam air dalam bentuk senyawa organik dan kolloid, misalnya
bersenyawa dengan zat warna organik atau asam humus (humic acid), maka keadaan
yang demikian susah dihilangkan baik dengan cara aerasi, penambahan khlorine
maupun dengan penambahan kalium permangganat. Adanya partikel-partikel halus
Fe(OH)3.n H2O air juga sukar mengendap dan menyebabkan air menjadi
keruh.
Untuk menghilangkan zat besi dan mangan seperti pada kasus tersebut di atas,
perlu dilakukan koagulasi dengan membubuhkan bahan koagulan, misalnya aluminium
sulfat, Al2(SO4).nH2O dalam air yang
mengandung kolloid. Dengan pembubuhan koagulan tersebut, kolloid dalam air
menjadi bergabung dan membentuk gumpalan (flock) kemudian mengendap. Setelah
kolloid senyawa besi dan mangan mengendap, kemudian air disaring dengan
saringan pasir cepat atau saringan pasir lambat.
2.2.2. Proses Koagulasi dengan Cara Elektrolitik
Ke dalam air baku dimasukkan elektroda dari lempengan logam aluminium (Al) yang
dialiri dengan listrik arus searah. Dengan adanya arus listrik tersebut, maka
elektroda logam Al tersebut sedikit demi sedikit akan larut ke dalam air
membentuk ion Al3+, yang oleh reaksi hidrolisa air akan membentuk
Al(OH)3 merupakan koagulan yang sangat efektif. Dengan
terbentuknya Al(OH)3.nH2O dan besi organik serta
partikel-pertikel kolloid lain yang bermuatan negatif akan tertarik oleh ion Al3+ sehingga
menggumpal menjadi partikel yang besar, mengendap dan dapat dipisahkan. Cara
ini sangat efektif, tetapi makin besar skalanya maka kebutuhan listriknya makin
besar pula.
2.3. Penghilangan Fe dan Mn Dengan Cara
Pertukaran Ion
Penghilangan besi dan mangan dengan cara pertukaran ion yaitu dengan cara
mengalirkan air baku yang mengandung Fe dan/atau Mn melalui suatu media
penukaran ion. Sehingga Fe dan Mn akan bereaksi dengan media penukaran ionnya.
Sebagai media penukaran ion yang sering dipakai zeolite alami yang merupakan
senyawa hydrous silikat aluminium dengan calsium dan natrium (Na). Disamping
bahan penukar ion alami ada juga penukar ion tiruan (resin sintetis) yang
mempunyai sifat-sifat yang lebih khusus.
Ditinjau dari siklus penukaran ionnya, ada 2 (dua) tipe yaitu : penukaran ion
dengan siklus Na yang regenerasinya dengan memakai larutan NaCl, dan Penukaran
ion dengan siklus H yang regenerasinya dengan menggunakan larutan HCl.
Reaksinya dapat ditulis sbb :
2.3.1. Dengan Siklus untuk Na.
a.
Menggunakan Zeolite
Penghilangan
Fe dan Mn dg zeolit
|
Na2Z + Fe(HCO3)2 ==>
FeZ + 2 Na(HCO3)
Na2Z + Mn(HCO3)2 ==> MnZ + 2 Na(HCO3) |
Regenerasi
dg NaCl
|
FeZ + NaCl ===> Na2Z
+ FeCl2
MnZ + NaCl ===> Na2Z + MnCl2 |
b.
Menggunakan Resin Sintetis
Penghilangan
Fe dan Mn
|
R-Na2 + Fe(HCO3)2 ===>
R-Fe + 2 Na(HCO3)
R-Na2 + Mn(HCO3)2 ===> R-Mn + 2 Na(HCO3) |
|||||||||
Regenerasi
dg NaCl
|
|
2.3.2. Dengan Siklus Hidrogen (H)
a.
Dengan Media Penukar Ion Zeolite
Penghilangan
Fe dan Mn
|
|
|||||||||||||||
Regenerasi
dg HCl
|
|
b. Dengan Media Penukar Ion Resin
Penghilangan
Fe dan Mn
|
R-H2 + Mn(HCO3)2 ====>
R-Mn + 2 H2O + 2 CO2
R-H2 + Fe(HCO3)2 ====> R-Fe + 2 H2O + 2 CO2 |
Regenerasi
dg HCl
|
R-Mn + 2 Hcl ====> R-H2 +
MnCl2
R-Fe + 2 HCl ====> R-H2 + FeCl2 |
Dilihat dari persamaan reaksinya maka proses penghilangan besi dan mangan
dengan pertukaran ion sangat mudah operasinya, tetapi jika air bakunya
mempunyai kekeruhan, kandungan zat organik serta kadar Fe3+ dan
Mn2+ penukar ionnya oleh kotoran tersebut sehingga daya penukar
ionnya menjadi cepat jenuh. Hal ini mengakibatkan regenerasi harus lebih sering
dilakukan.
2.4. Penghilangan Besi dan Mangan dengan Filtrasi
Kontak
Ada dua cara yang banyak dipakai yaitu :
2.4.1. Filtrasi dengan media filter yang
mengandung MnO2
Air baku yang mengandung Fe dan Mn dialirkan ke suatu filter yang medianya
mengandung MnO2.nH2O. Selama mengalir melalui
mediatersebut Fe dan Mn yang terdapat dalam air baku akan teroksidasi menjadi
bentuk Fe(OH)3 dan Mn2O3 oksigen
terlarut dalam air, dengan oksigen sebagai oksidator.
Reaksinya adalah sebagai berikut
:
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ===> 4
Fe(OH)3 + 8 H+
Mn2+ + MnO2.nH2O ===> MnO2.MnO.nH2O
+ H+
Untuk reaksi penghilangan besi tersebut diatas adalah merupakan reaksi
katalitik dengan MnO2 sebagai katalis, sedangkan untuk reaksi
penghilangan Mn adalah merupakan reaksi antara Mn2+ dengan
hidrat mangandioksida. Jika kandungan mangan dalam air baku besar maka hidrat
mangandioksida yang ada dalam media filter akan habis dan terbentuk senyawa MnO2.MnO.nH2O
sehingga kemampuan penghilangan Fe dan Mn nya makin lama makin berkurang.
Untuk memperbaharui daya reaksi dari media fiternya dapat dilakukan dengan
memberikan khlorine kedalam filter yang telah jenuh tersebut.
Reaksinya adalah sebagai berikut
:
MnO2.MnO.nH2O + 2 H2O + Cl2 ====>
2 MnO2.nH2O + 2 H+ + 2Cl-
2.4.2. Dengan Mangan Zeolite
Air baku yamg mengandung besi dan mangan dialirkan melalui suatu filter bed
yang media filternya terdiri dari mangan-zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7).
Mangan Zeolit berfungsi sebagai katalis dan pada waktu yang bersamaan besi dan
mangan yang ada dalam air teroksidasi menjadi bentuk ferri-oksida dan
mangandioksida yang tak larut dalam air.
Reaksinya adalah sebagai berikut
:
K2Z.MnO.Mn2O7 + 4 Fe(HCO3)2 ====>
K2Z + 3 MnO2 + 2 Fe2O3 +
8 CO2 + 4 H2O
K2Z.MnO.Mn2O7 + 2 Mn(HCO3)2 ===>
K2Z + 5 MnO2 + 4 CO2 + 2 H2O
Reaksi penghilangan besi dan
mangan dengan mangan zeoite tidak sama dengan proses pertukaran ion, tetapi
merupakan reaksi dari Fe2+ dan Mn2+dengan oksida
mangan tinggi (higher mangan oxide).
Filtrat yang terjadi mengandung mengandung ferri-oksida dan mangan-dioksida
yang tak larut dalam air dan dapat dipisahkan dengan pengendapan dan
penyaringan. Selama proses berlangsung kemampunan reaksinya makin lama makin
berkurang dan akhirnya menjadi jenuh. Untuk regenerasinya dapat dilakukan
dengan menambahkan larutan Kaliumpermanganat kedalam zeolite yang telah jenuh
tersebut sehingga akan terbentuk lagi mangan zeolite (K2Z.MnO.Mn2O7).
2.5. Proses Soda Lime
Proses ini adalah merupakan gabungan antara proses pemberian zat alkali untuk
menaikkan pH dengan proses aerasi. Dengan menaikkan pH air baku sampai harga
tertentu maka reaksi oksidasi besi dan mangan dengan cara aerasi dapat berjalan
lebih cepat. Zat alkali yang sering dipakai yaitu kapur (CaO) atau larutan
kapur [Ca(OH)2 ] dan soda api [Na(OH)] atau campuran antara
keduanya. Cara penambahan zat alkali yakni sebelum proses aerasi. Untuk
oksidasi besi, sangat efektif pada pH 8-9, sedang untuk oksidasi mangan baru
efektif pada pH > 10. Oleh karena pH air baku menjadi tinggi, maka setelah
Fe dan Mn nya dipisahkan, air olahan harus dinetralkan kembali.
2.6. Penghilangan Besi dan Mangan dengan Bakteri
Besi
Pada saringan pasir lambat, pada saat operasi dengan kecepatan 10-30
meter/hari, setelah operasi berjalan 7-10 hari, maka pada permukaan atau dalam
media filternya akan tumbuh dan berkembang biak bakteri besi yang dapat
mengoksidasi besi atau mangan yang ada dalam air. Bakteri besi mendapatkan
energi aktivasi yang dihasilkan oleh reaksi oksida besi ataupun oksida mangan,
untuk proses perkembangbiakannya. Dengan didapatkannya energi tersebut maka
jumlah sel bakteri juga akan bertambah. Dengan bertambahnya jumlah sel bakteri
besi tersebut, maka kemampuan mengoksidasi-nyapun menjadi bertambah pula. Sedangkan
besi yang telah teroksidasi akan tersaring/tertinggal dalam filter. Yang
termasuk dalam grup Bakteri besi yang banyak dijumpai yaitu: Crenothrix yang
dapat menghilangkan besi maupun Mangan.
2.7. Penghilangan Besi dan Mangan dengan Filtrasi
DuaTahap
Cara ini sebetulnya untuk menghilangkan / meniadakan proses koagulasi dan
sedimentasi yaitu dengan cara melakukan penyaringan 2 (dua) tahap dengan
saringan pasir cepat. Setelah proses aerasi, maka senyawa besi dalam bentuk
Fe(OH)3larut dalam air dialirkan ke dalam saringan pasir cepat secara bertahap.
Cara ini dapat menghemat biaya operasi untuk koagulasi dan pengendapan tetapi
beban saringan pertama akan cukup besar.
2.8. Cara Lain
Khususnya untuk menghilangkan besi yang ada dalam air ada cara lain yang dapat
digunakan yaitu dengan Oksidasi Kontak (Contact Oxydation). Air baku dialirkan
melalui saringan pasir atau media lainnya yang permukaannya terlapisi oleh zat
oksiferrihidroksida (FeOOH). Pada saat melalui media tersebut Fe2+ dengan
waktu yang sangat singkat akan teroksidasi menjadi Fe3+ dengan
zat oksigen yang terlarut (DO) sebagai oksidator.
Tetapi jika kandugnan oksigen yang terlarut dalam air baku kecil misalnya air
tanah, maka air bakunya harus dikontakkan dengan udara dengan cara kontak biasa
atau menggunakan peralatan tertentu untuk suplai oksigen. Mekanisme reaksi
penghilangan besi dengan oksidasi kontak adalah merupakan reaksi auto-katalitik
dengan oksiferrihidroksida (FeOOH) sebagai katalis, yang banyak terdapat pada
bijih limonite. Jika dibandingkan dengan cara-cara yang lain, penghilangan besi
dengan cara ini mempunyai karakteristik yang sangat berbeda. Cara oksidasi
kontak ini mempunyai keuntungan:
- Tanpa proses Koagulasi dan Pengendapan.
- Kecepatan filtrasi besar.
- Waktu pakai media filter (penyaringan) / katalis
lama.
- Tanpa proses regenerasi
3 komentar:
boleh mintak referensi kepustakaannya ga ?? buku atau uu gtu.
Kalau terapannya gimana ya? Soalnya saya punya masalah dengan air di rumah yg kuning mengandung besi n mangan. Terima kasih
Mohon ijin admin , numpang iklan promosi yaa....
Kami menjual Batu kapur/ Kapur Aktif / Cao / CaOH2 / Kalsium Oxide / kalsium hidroxie /Limestone/ Quick Lime / Batu gamping / Kapur bakar / Kapur tohor/ Kapur sirih/Cao/ Kalsium Hidroksida/ Kalsium Karbonat / CaCo3 / Kapur pertanian / Kaptan / Kapur padam /Zeolite / Bentonite / Dolomite dll.
Tersedia mesh 80 s/d Mesh 800 dengan kemasan / packing karung / 25 kg , 50 kg , 500 kg , 1000 kg .
Untuk informasi lebih lanjut Silahkan hubungi :
Asep 081281774186
085793333234
Simpan nomor dan hubungi jika sewaktu-waktu.
Posting Komentar